watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

WANITA KARIR

Entah kenapa, semakin aku sering
melakukan Making Love dengan seseorang,
membuat kehidupan sex aku bersama istriku
semakin romantis saja. Dan entah semua itu
semakin bisa aku nikmati. Mungkin semua ini
adalah dampak dari terlalu tingginya libidoku
sehingga saat aku lagi mood, tidak jarang setelah
siangnya atau sorenya aku melakukan dengan
teman kencanku, malamnya aku ganti
menservice istriku. Aku selalu bersyukur
mempunyai kelebihan dalam urusan bercinta.
Ditambah pengetahuan sex aku yang aku
dapatkan dari film BF, buku-buku sampai
obrolan-obrolan dengan teman di kantor,
membuat aku semakin bisa menyelami tentang
apa itu sex. Sehingga aku benar-benar fasih
dalam menerjemah apa yang aku dapat dari
pengetahuan tentang sex. Itu terbukti dengan
keluarnya banyak pujian dari para teman making
love aku. Rata-rata mereka sangat puas saat
bercinta denganku, dan mereka menemukan,
merasakan dan menikmati sesuatu yang
sebelumnya belum pernah mereka rasakan
dalam masalah sex. ***** Cerita ini berawal dari
perkenalanku dengan seorang ibu rumah tangga,
yang entah bagaimana ceitanya ibu rumah
tangga tersebut mengetahui nomor cellulerku.
Siang itu saat aku sedang menikmati masa
istirahatku di kantin, tiba-tiba cellulerku berbunyi.
"Hallo, selamat siang Dandy" suara perempuan
yang manja terdengar. "Hallo juga, siapa ya ini?"
tanyaku serius. "Namaku Maya" kata perempuan
tersebut mengenalkan diri. "Maaf, Mbak Maya
tahu nomor HP saya darimana?" tanyaku
menyelidik. "Oya, aku temannya Via dan dari dia
aku dapat nomor kamu" jelasnya. "Ooo, Mbak
Via" kataku datar. Aku mengingat kembali kisahku
sebelumnya yang berjudul Kisah bersama Ibu
Muda. Via seorang sekretaris yang juga ikut
'mewarnai' kehidupan sex aku. "Gimana khabar
Mbak Via?" tanyaku. "Baik, dia titip salam kangen
sama kamu" jelas Maya. Sekitar 5 menit, kami
berdua mengobrol layaknya orang yang sudah
kenal lama. Suara Maya yang lembut dan manja,
membuat aku menerka-nerka bagaimana bentuk
fisik dari wanita tersbut. Saat aku membayangkan
bentuk fisiknya, Maya membuyarkan lamunanku.
"Hallo.. Dandy, kamu masih disitu?" tanya Maya.
"Iya.. iya Mbak.." kataku gugup. "Hayo mikir
siapa, lagi mikirin Via ya?" tanyanya
menggodaku. "Nggak kok, malahan mikirin Mbak
Maya tuh" celetukku. "Masa sih.. Jadi GR nih"
dengan suara yang menggoda. "Dandy, boleh
kan kalau aku mau ketemu kamu?" tanya Maya.
"Boleh aja Mbak.. Dengan senang hati" jawabku
semangat. "Oke deh, kita mau ketemuan
dimana?" tanyanya semangat. "Terserah Mbak
deh, Dandy ngikut aja" jawabku pasrah. "Oke
deh, nanti sore aku tunggu kamu di excelso di
Tunjungan Plasa" katanya. "Oke, sampai nanti
Dandy.. Aku tunggu jan 18.00" sambil berkata
demikian, HP nya langsung off. Waktu
menunjukkan pukul 16.30, tiba saatnya aku
pulang kantor dan segera meluncur ke
Tunjungan Plaza. Sebelumnya aku prepare di
kantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah
seharian aku bekerja. Untuk perlengkapan mandi,
memang setiap hari aku membawa karena
memang aku sering olahraga setelah jam kantor.
Tiba di TP, aku segera memarkir mobil starletku
yang butut di lantai 3. Jam ditanganku
menunjukkan pukul 18 kurang seperempat. Aku
segera menuju ke excellso seperti yang dikatakan
Maya. Aku segera mengambil tempat duduk disisi
pagar kaca, sehingga aku bisa melihat orang hilir
mudik di area pertokoan terbesar di Surabaya ini.
Saat mataku melihat situasi di sekelilingku, bola
mataku berhenti pada seorang wanita setengah
baya yang duduk sendirian. Menurut tebakan aku,
wanita ini berumur sekitar 35 tahun ke atas.
Wajahnya yang lumayan putih, membuat aku
tertegun. Mataku yang mulai nakal, berusaha
menjelajahi pemandangan yang sangat
menggiurkan di depanku. Kakinya yang jenjang,
ditambah dengan belahan pahanya yang putih di
balik rok mininya, membuat semakin aku gemas.
Dalam hatiku, wah betapa bahagianya aku jika
orang tersebut adalah Maya yang menghubungi
aku siang tadi. Disaat aku membayangkan sosok
di depan mataku, tiba-tiba wanita itu berdiri dan
menghampiri tempat dudukku. Dadaku berdegup
kencang ketika dia benar-benar mengambil
tempat duduk semeja dengan aku. "Maaf, kamu
Dandy ya?" tanyanya sambil menatapku. "Iy..
iyaa.. Kamu Maya?" tanyaku balik sambil berdiri.
Jarinya yang lentik menyentuh tanganku untuk
bersalaman dan darahku terasa mendesir ketika
tangannya yang halus meremas tanganku
dengan halus. "Silahkan duduk May" kataku
sambil menarik satu bangku di depanku. "Terima
kasih" kata Maya sambil tersenyum. "Dari tadi
anda duduk disitu kok tidak langsung kesini?"
tanyaku. "Aku tadi sempat ragu, apakah kamu
memang Dandy" jelasnya. "Aku tadi juga
berpikir, apakah wanita yang cakep ini kamu?"
kataku sambil senyum. Kami bercerita panjang
lebar tentang apapun yang bisa diceritakan,
kadang-kadang kami berdua saling canda, saling
menggoda dan sesekali bicara yang 'nyerempet'
ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam,
menambah sempurna saja wajahnya yang
semakin matan. Dari pembicaraan tersebut,
terungkaplah kalau Maya adalah seorang wanita
yang sedang tugas di Surabaya. Maya adalah
seorang pengusaha dan kebetulan selama 3 hari
dinas di Surabaya. "May, kamu kenal Via
dimana?" tanyaku mnyelidik. "Via adalah teman
chattingku di YM, aku dan via sering online
bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam
hal apapun. Begitu juga untuk kisah rumah
tangga, bahkan masalah sex sekalipun." mulut
mungil Maya menjelaskan dengan penuh
semangat. "OOo, begitu.." kataku sambil
manggut-manggut. "Ini adalah hari pertamaku di
Surabaya dan aku berencana menginap 3 hari,
sampai urusan kantorku selesai" jelasnya tanpa
aku tanya. "Sebenarny tadi Via juga mau dateng
tetapi karena ada acara keluarga, mungkin besok
baru bisa dateng" jelasnya kembali. "Memang
Mbak Maya nginap dimana?" tanyaku. "Kebetulan
sama perwakilan kantor disini, di bookingin di
Hotel E.." jelasnya. "Mmm, emang Mbak sama
sapa sih?" tanyaku menyelidik. "Ya sendirilah,
Dandy.. Makanya saat itu aku tanya Via" kata
Maya. "Tanya apa?" tanyaku mengejar. "Apakah
punya teman yang bisa temanin aku selama di
Surabaya" kata Maya. "Dan dari situlah aku tahu
nomor celluler kamu" lanjutnya. Tanpa terasa
jam tanganku menunjukkan pukul 21.15 wib, dan
aku liat sekelilingku pertokoan mulai sepi karena
memang sudah mau tutup. "Dan.. Kamu mau
anter aku balik ke hotel?" tanya Maya. "Boleh,
masa iya aku tega biarin Mbak Maya sendirian
balik ke hotel" kataku. Setelah obrolan singkat,
kami segera menuju parkiran mobil dan segera
meluncur ke Hotel E.. Yang tidak jauh dari pusat
pertokoan Tunjungan Plasa. Aku dan Maya
bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 3, dan
sesampainya di kamar nomor 306, Maya
menawarkan aku untuk masuk sejenak. Bau
parfum yang menggugah syaraf kelaki-lakianku
serasa berontak ketika aku berjalan di
belakangnya. "Silahkan duduk Dan, aku mau
mandi dulu" kata Maya sambil melempar tas
kecilnya, diatas ranjang. Mataku menyelidik,
apakah benar Maya sendirian dalam kamar. Dan
memang benar kelihatannya dia sendirian. Aku
lihat kopor kecilnya yang masih rapi, nampak
hanya beberapa helai gaun yang berada di atas
ranjang. Saat mataku masih asyik menjelajahi
ruangan kamar Maya, tiba-tiba sesosok tubuh
yang jenjang dengan hanya mengenakan sehelai
handuk yang menutupi tubuhnya yang molek.
"Dandy, aku minta tolong nih buangan airnya di
bathup nggak bisa dibuang" kata Maya sambil
tetap berdiri di muka pintu kamar mandi. Aku
segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju
kamar mandi. Ketika aku melewati tubuh Maya,
mataku yang nakal sedikit mencuri pandang di
belahan dada Maya yang terkesan menyembul
keluar karena terhimpit ketatnya handuk yang
menutupi tubuhnya. Aroma sabun lux kuning
merasuk menusuk hidungku, aku segera menuju
bathup yang dimaksud oleh Maya. Aku
menggunakan tangkai sendok untuk mencungkil
karet penutup bathup yang memang rapat sekali.
Aku berusaha membuka secepatnya karena
pikiran kotor mulai menjejali otakku. Dan
akhirnya"sswaasshh.." suara air langsung keluar
ketika karet penutupnya sudah terlepas. "Oke
May.. Sudah terbuka nih, silahkan lanjutin
mandinya" kataku sambil masih membelakangi
tubuh Maya yang sedang berdiri di belakangku.
Ketika aku membalikkan badanku, betapa
kagetnya aku dengan pemandangan di depan
mataku. Tubuh Maya tidak dibalut lagi oleh
handuk putih yang melekat di tubuhnya tadi. "Ma-
Maaff.. Aku mau keluar May" kataku gugup. Maya
tidak menjawab dan bahkan tidak memberiku
jalan. Wanita itu langsung berhamburan
memeluk tubuhku, dan merangkul leherku
dengan erat. "Dan, Via sudah ceritakan kehebatan
permainan sex kamu" aroma bau mulutnya yang
segar, membuat jantungku semakin berdetak
kencang. "Mmm, anu Mbak.. Mungkin Via terlalu
berlebihan" kataku. "Berikan aku kenikmatan itu
Dan.." sambil berkata demikian, bibir mungil
Maya langsung mendarat di bibirku. Lidahnya
yang liar serasa menggeliat mencari lidahku.
Lidahku yang sudah mulai terpancing birahi,
langsung menyambut keliaran lidah Maya.
Tanganku yang tadi hanya berdiam diri, sekarang
aku beranikan memeluk tubuhnya yang sexy
bagaikan Britney Spears. Aku merasakan dadanya
yang montok mendesak dadaku yang bidang.
Sesekali tanganku mulai semakin berani
menjelajahi pinggul Maya, pantatnya yang masih
terlihat kencang walaupun sudah menginjak 35
tahun. Aku meremas pantatnya berkali-kali
sehingga hal itu membuat nafsu Maya semakin
naik. Bibirku yang sudah mulai murka dan
terbawa birahiku yang mulai merangkak ke
kepalaku. Lehernya yang jenjang menjadi sasaran
empuk bibirku yang mulai menari-nari di atasnya.
"Ooohh.. Dandy.. Geelli.." desah Maya. Serangan
bibirku semakin menjadi di leher Maya, sehingga
dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan
lidahku. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai
menurunkan tubuhkan sehingga bibirku sekarang
berhadapan dengan 2 buat bukit kembarnya yang
masih ketat dan kencang. Aku semakin terbawa
dalam aliran birahi yang meledak-ledak, bibir
Maya yang mulai terasuki nafsu birahinya sendiri
mulai ganas melahap bibriku. Jari jemarinya yang
lentik, sepertinya terlatih untuk membuka semua
kancing yang menempel di hem yang aku
kenakan. Disaat aku mulai telanjang dada,
bibirnya mulai menjalar ke arah leherku dan
sesaat kemudian bibirnya sudah mendarat pada
dadaku. Jilatan lidahnya yang semakin liar,
sepertinya tidak ingin menyisakan sedikitpun dada
bidangku. Darahku mendesir hebat hingga
membuat aku terangsang hebat, ketika lidahnya
menari di puntingku. Daerah yang paling sensitif
di tubuhku, yang bisa menggugah nafsu birahiku
secara sepontan. "Ohh.. May.. Aaakh" aku
merintih sambil menekan tengkuknya ke dada
bidangku. Maya benar-benar sudah di kuasai oleh
birahi yang tinggi, dan tanpa aku sadari ketika aku
sudah merasakan kaki sudah dingin. Ternyata
Maya sudah melepas jeans yang aku pakai
sebelumnya, sehingga sekarang aku hanya
menganakan celana dalam saja. Lidahnya
semakin lama semakin ke bawah dan sampailah
lidahnya memainkan pusarku. Tangannya
meremas kedua pantatku sehingga aku benar-
benar terangsang hebat. Dengan gaya yang
sudah fasih, giginya berusaha menarik celana
dalamku dari depan. Kedua tanganya dengan
mudah menarik CD ku dari belakang. "Gila..
Pantes Via puas, habis penismu gede seperti ini"
kata Maya memuji. Adik kecilku yang tadi sudah
ingin melepaskan diri dari belenggu CD yang
membatasinya akhirnya bisa lepas. Aku melihat
kebawah dan melihat Maya yang sedang tertegun
dengan besarnya penisku. Penisku berdiri tegak
sekali dan sesaat kemudian. "Mmm.. Srup..
Srupp" mulut Maya yang mungil mulai
mengulum batang penisku. "Aakhh.. May..
Nikmmaat.. Sekkalii" rintihku. Tanganku menekan
dalam-dalam kepala belakang Maya, utnuk
memudahkan bergerak maju mundur dan ketika
penisku benar-benar terlean dalam mulut Maya,
kenikmatan yang luar biasa aku rasakan ketika
ujung penisku menthok pada dasar mulut Maya.
"Sss.. Maayy.. Uhh" aku mendesah kenikamatan.
Maya tidak mempedulikan desahan, rintihan dan
eranganku, wanita itu denagn buasnya
mengulum, menjilat, mengocok dan mengoral
batang kemaluanku. Sampai aku tidak kuat
berdiri. Setelah Maya puas dengan aksinya, Maya
bangkit dari posisi pertama yang sebelumnya
jongkok di bawah selangkangan aku. Kesempatan
ini tidak aku sia-siakan untuk mendorong
tubuhnya sehinga tubuh Maya terduduk di kloset.
Aku langsung jongkok dan membuka kedua
pahanya yang putih. Lubang vaginanya yang
memerah dan disekelilingi rambut-rambut yang
begitu lebat. Aroma wangi dari lubang
kewanitaannya, membuat tubuhku berdesir
hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku
langsung aku julurkan ke permukaan bibir vagina.
Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang
tubuh disekitar selangkangannya untuk
memudahkan aksiku menjilati vaginanya. "Sss..
Dandyy.. Nikmaat sekali.. Ughh" rintih Maya.
Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat
menghindari jilatan lidahku di ujung clitorisnya.
Gerak tubuh Maya yang terkadang berputa-putar
dan naik turun, membuat lidahku semakin berani
menghujam lebih dalam ke lubang vaginanya.
"Daanndy.. Gilaa banget lidah kamu.." rintih Maya.
"Terus.. Sayang.. Jangan lepaskan.." pintanya.
Lidahku bergerak keluar masuk dalam lubang
vaginanya, sesekali aku memancing clitorisnya
untuk segera keluar dari persembunyiiannya.
Paha Maya dibuka lebar sekali sehingga
memudahkan lidahku untuk menjilat, mengulum,
dan sesekali menghisap dalam-dalam clitorisnya.
Aku perhatikan Maya merem melek menikmati
nakalnya lidahku dan sesekali aku perhatikanl,
wanita tersebut mengigit bibir bawahnya seakan
menahan rasa nikmat yang bergejolak di hatinya.
"OOhh.. Dandy, aku nggak tahan.. Ugh.."
rintihnya. Semakin Maya merintih, mendesah dan
mengerang, semakin membuat nafsuku
bergejolak. Sampai aku rasakan beberapa cairan
yang terasa asin, dan aku semakin bernafsu
untuk menjilatinya. "Danddy.. Danddyy..
Ooogghh.." Maya merintih panjang. Dibarengi
dengan tubuhnya yang kejang-kejang, dan terasa
pahanya menggapit kepalaku dengan kencang.
Jari nya yang lentik meremas rambutkuyang
sedikti gondrong. Maya terpejam sejenak
menikmati lelehnya cairan yang meluber dari
lubang vaginanya, lidahku tiada henti menerima
luapan cairan bening yang wangi tersbut. Seakan-
akan aku tidak peduli dengan orgasme yang
didapat Maya pertama kalinya. Dan ketika aku
rasakan cairan tersebut sudah bersih, aku
membimbing tubuh Maya yang masih lemas.
Aku mendekap tubuh Maya dari belakang, kami
berdua menghadap cermin. "Ohh.. Dandy.."
Maya mendesah ketika lidahku mulai menyentuh
bagian belakang telinganya. Tangannya
menggapai leherku, dan tanganku sepontan
meraih buah dadanya dari belakang. Dengan
sentuhan yang sangat halus, pantatnya yang
sintal bergerak memutar di gesekan batang
kemaluanku yang dari tadi masih tegang. Jari
telunjuk kananku bergerak menggesek clitoris
Maya yang sduah mulai basah kemabli.
"Danddyy.." Maya kembali mendesah. Peralahan
aku mengangkat kaki kanan Maya dan aku
sandarkan di wastafel kamar mandi. Sehingga
Maya hanya berdiri dengan satu kaki saja, batang
kemaluanku sudah mulai mencari lubang
kewanitaan Maya dan sekali hentak. "Bleesst.."
kepala penisku mengoyak vagina Maya.
"Aowww.. Giillaa.. Besaar sekali Dan.. Punya
kamu" Maya merintih. Perlahan aku beregark
maju mundur di lubang vagina Maya, sampai
akhirnya aku merasakan cairan yang cukup di
lubang vagina Maya. Sekali tekan "bless" seluruh
batang kemaluanku masuk dalam lubang
senggama Maya dan bersama dengan itu, tubuh
Maya sedikit terangkat. "Hekk.. Danndyy.. Nikmatt
sekalii.. Oooh" Maya merintih kembali. Gerakan
maju mundur pinggulku membuat tubuh Maya
menggelinjang hebat dan sesekali memutar
pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan
yang luar biasa di batang kemaluanku. "Danddy..
Jangan berhenti sayang.. Oogghh" pinta Maya.
Nampak jelas di cermin aku lihat wajahnya yang
begitu menikmati tusukan batang kemaluanku
semakin menjadi. Aku merasakan sekali ujung
penisku bergerak masuk sampai di ujung
kemaluan Maya. Wanita tersebut menggoyang
kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan
penisku yang menghujam dalam pada lubang
kewanitaannya. Kedua tanganku meremas kedua
bukit kembar Maya dan sesekali membantu
pinggul Maya utnuk berputar-putar. "Danddy..
Kamu.. Memang.. Jagoo.. Ooohh" tangan Maya
bersandar di cermin sedangkan kepalanya
bergerak ke atas kebawah, kesmaping kiri kanan
seperti orang yang lagi triping. Beberapa saat
kemudian Maya seperti orang kesurupan dan
ingin memcau birahinya sekencang mungkin.
Aku berusaha mempermainkan birahinya, disaat
Maya semakin liar. Tempo yang semula tinggi
dengan spontan aku kurangi sampai seperti
gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang
kemaluanku terasa sekali mengoyak dinding
vagina Maya. "Danddy.. Terus.. Sayangg.. Jangan
berhenti.." Maya meminta. Permainanku tersebut
benar-benar memancing birahi Maya untuk
mencapai kepuasan birahinya. Sesaat kemudian,
Maya benar-benar tidak bisa mengontrol
birahinya. Tubuhnya bergetar hebat. "Danddyy..
Aakuu.. Kelluuarr.. Aaakkhkhh.. Goyang sayang"
rintih Maya. Gerakan penisku seperti goyangan
anisa bahar yang patah-patah, membuat birahi
Maya semakin tak terkendali. "Dann.. Ddy..
Aaammppunn" rintih Maya panjang. Bersamaan
dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku
dengan dalam hingga mentok dilangit-langit
vagina Maya. Aku merasakan semburan cairan
membasahi seluruh batang kemaluanku. "Creek..
Crek.. Crek.." suara penisku masih bergerak
keluar masuk di lubang vagina Maya. Aku
semakin tidak peduli dengan Maya yang sudah
mendapatkan kedua orgasmenya, karena aku
sendiri lagi berusaha untuk mencari kepuasan
birahiku. Perlahan, aku turunkan kaki kanan Maya
yang pada posisi pertama aku naikkan ke atas
wastafel. Posisi Maya, sekarang sedikit
menungging dengan posisi berdiri. Penisku yang
masih tertancap pada lubang vaginanya langsung
aku hujamkan kembali ke lubang vagina Maya.
"Ohh.. Dandyy.. kamu.. memang.. ahli.." kata
Maya sambil merintih. Kedua telapak tanganku
mencengkeram pinggul Maya dan menekan
tubuhnya supaya penisku bisa lebih menusuk ke
dalam lubang vaginanya. "May.. vagina kamu
memang asyik banget" pujiku. "Kamu suka
minum jamu ya kok masih seret?" tanyaku. Maya
hanya tersenyum dan kembali memejamkan
matanya menikmati tusukan penisku yang tiada
hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijat oleh
vagina Maya dan hal tersebut menimbulkan
kenikmatan yang luar biasa. Permainan sexku
benar-benar bisa diterima Maya karena ternyata
wanita tersebut bisa mengimbangi permainan
aku. Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan
kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak
birahiku. "May.. Aku mau.. Keluuar.." kataku
mendesah. "Aku juga sayang.. Oooh.. Nikmat
terus.. Terus.." Maya merintih. "Dandyy.. Keluarin
didalam.. Aku ingin rasain semprotan kamu.."
pinta Maya. "Iya May.. Ooogh.. Akakhh.."
rintihku. Gerakan maju mundur dibelakang tubuh
Maya semakin kencang, semakin cepat dan
semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai
puncak bersama-sama. "Danddy.. Aku.. Aku..
Nggaak kkuaat.. Aaakhh" rintih Maya. "Aku juga
May.. Oohh.. Maayy" aku merintih. "crut.. Crut..
Crut.." spermaku muncrat membanjiri vagina
Maya. Karena begitu banyaknya spermaku yang
keluar, beberapa tetes sampai keluar dicelah
vagina Maya. Setelah beberapa saat kemudian
maya membalikkan tubuhnya dan berhadapan
dengan tubuhku. "Dandy ternyata Via memang
benar, kamu jago banget dalam urusan sex.
Kamu memang luar biasa" kata Maya merintih.
"Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan
sepenuh hatiku saja" kataku merendah. "Kamu
luar biasa.." Maya tidak meneruskan kata-katanya
karena bibirnya yang mungil kembali menyerang
bibirku yang masih termangu. Tanpa terasa kami
berdua sudah naik di dalam bathup, kami mandi
bersama. Guyuran air di pancuran shower
membuat tubuh Maya yang molek seperti
bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan
ke seluruh ruangan tersebut. Dengan halus, aku
menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag
shop punya Maya. Aku mnggosok-gosokkan
sabun ke seluruh tubuh Maya, sesekali jariku
yang nakal memilin punting Maya. "Ughh..
Danddy.." Maya merintih dan bergetar saat aku
permainkan puntingnya yang memerah. Untuk
yang kesekian kalinya, kami berdua berburu
kenikmatan. Dan entah sudah berapa kali Maya
seorang wanita yang sedang butuh kehangatan
mendapatkan orgasme. Kami memburu
kenikmatan berkali-kali, kami berdua memburu
birahinya yang tidak pernah kenyang. Sampai
akhirnya waktu sudah menunjukkan pukul 23.30
wib, dimana aku harus segera balik kerumah
karena celullerku berapa kali tadi berbunyi. Aku
meninggalkan Hotel E.. Sambil menikmati sisa-
sisa kenimatan yang sudah di tinggalkan oleh
permainan tadi. ***** Pembaca, saran, pesan dan
kritikan tetap terbuka di pengalamanku yang
keenam ini. Sekali lagi saran, kritikan dan pesan
dari anda kami tunggu. Surabaya, 22 April 2004 E
N D ------


Adult | GO HOME | Exit
1/1280
U-ON

inc Powered by Xtgem.com